Rabu, 24 Maret 2010

Ekologi Camp di Tabo-tabo



GCC mengadakan kegiatan Ekologi Camp selama tiga hari. Tepatnya, 19-21 Maret 2010, di Tabo-tabo, Pangkep. Kegiatan ini merupakan salah satu agenda biro GCC, salah satu biro di KOSMIK, yang tujuannya agar kita bisa mengenal alam dengan lebih dekat.

Rombongan berangkat ke Tabo-tabo pada hari Sabtu, 19/03/2010. Namun sebelumnya, terlebih dahulu kami semua berkumpul di korps. Setelah semua siap, kami pun berangkat. Ada yang pergi dengan naik motor dan ada juga yang naik mobil. Kak Himas, Atto, Aswar, Tian dan tentu saja saya pergi dengan menngunakan mobil, termasuk kak Ilham yang akan mengantar kami kesana. Sedangkan beberapa senior lain pergi dengan naik motor.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua 2-3 jam, akhirnya kami (yang naik mobil) dan juga kak Raka, Kak Qudra, Kak Lucky, Mymy, serta kak Khaerul tiba di Tabo-tabo. Hujan pun turut menyambut kedatangan kami. Sambil menunggu hujan reda dan kakak senior yang lain, kami berteduh di salah satu bangunan yang ada di tempat tersebut. Tidak lama kemudian, kakak senior yang lain (kak Aco, kak Adry, dan kak Paris) pun tiba di lokasi. Istirahat sebentar, lalu beberapa dari mereka pergi memasang tenda ke tempat yang telah ditentukan. Saat hujan mulai reda kami semua pindah ke tenda beserta barang-barang bawaan tentunya.

Setiba di lokasi tenda, tikar pun digelar, simpan tas, masak kemudian makan. Meskipun cuma makan indomie, tetap saja terasa nikmat karena memeang pada saat itu perut dalam keaadan lapar. Setelah makan baru kak Qudra memasak nasi. Lucu juga sih, makan indomie dulu baru masak. Saat ditanya, kak Qudra cuma bilang, indomie cuma buat pengganjal perut. Hehehe..iya juga sech..

Tak lama berselang, ada tambahan personil. Ada empat kakak senior lagi yang datang (kak Yusuf, kak Ophy, kak Romy dan kak Aslam). Kegiatan selanjutnya diisi dengan sharing pengalaman, menyanyi-nyanyi, pembagian tugas untuk wawancara besok, juga alasan mengapa ikut Ekologi Camp-nya GCC serta cerita-cerita yang penuh dengan canda dan tawa. Pokoknya seru banget. Selanjutnya, masing-masing melakukan aktivitasnya sendiri. Ada yang main domino, ada yang ngobrol-ngobrol dan ada juga yang langsung tidur. Saya sendiri hanya menonton kakak-kakak yang main domino. Sekitar pukul 04.30 dini hari saya pun pergi tidur.

Pagi hari (20/03/2010), sepeti biasa bangun tidur terus sarapan. Yang masak tentu saja kak Qudra. Setelah sarapan,kami pun berangkat ke tempat narasumber yang akan diwawancarai. Sesuai dengan pembagian tugas semalam, saya dan Atto mendapat jatah untuk mewawancarai seorang petani gula aren. Mymy dan kak Khaerul bertugas mencari data di kantor kepala desa. Sedangkan Tian dan Aswar mewawancarai penjaga bangunan yang ada di tempat tersebut.

Perjalanan pun dimulai. Saya dan Atto didampingi oleh kak Himas dan kak Aco. Rencananya, kami akan mewawancarai petani gula tersebut di tempat kerjanya, yang sudah tentu ada pohon arennya atau paling tidak tempat dia memasak gula merah. Alhasil, kami pun harus mendaki gunung. Rute yang kami tempuh cukup terjal. Hingga pada akhirnya, di tengah perjalanan saya dilarang mendaki terlalu jauh. Di khawatirkan saya tidak sanggup untuk mendakinya. Akhirnya saya pun harus menunggu di tempat berhenti tadi. Sebel juga sih. Tapi untungnya, di tempat tersebut ada air terjunnya. Jadinya saya tidak bosan.

Tempat ini begitu teduh dan tenang. Suara air terjun serta kicauan burung yang begitu merdu membuat hati terasa damai. Saat kita pejamkan mata sejenak, maka kita akan mendengarkan suara-suara alam yang begitu menenangkan hati. Udaranya segar dan bersih. Begitu berbeda dengan di kota yang semakin panas dan sesak, ditambah lagi oleh adanya orang-orang yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan. Seenaknya saja mereka menebangi pohon dan membuang sampah disembarang tempat.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya meraka (yang mendaki) datang juga. Namun, mereka membawa berita yang kurang menggembirakan. Katanya, bapak yang akan diwawancarai tidak ada di tempat. Jadinya, wawancara gagal. Tapi kak Aco bilang masih ada satu petani lagi yang bisa jadi narasumber. Sebelum balik ke lokasi kemah kami semua mandi di tempat tersebut. Benar-benar menyegarkan mandi di bawah air terjun. Setelah itu, kami pun kembali ke tenda. Semua orang sudah berkumpul makanan, pun sudah siap. Kami pun makan dengan lahap. Maklumlah, banyak energi yang terbuang selama perjalanan tadi.

Abis makan, istirahat sejenak. Lalu, kami pun pergi lagi. Kali ini rute yang kami lalui berbeda dengan rute yang sebelumnya. Jika sebelumnya kita melewati tempat yang ada air terjunnya, kali ini tidak. Jarak yang ditempuh pun lebih jauh dan licin. Selain itu, ada tambahan personil yang ikut mendaki, yaitu Tian, Aswar, kak Lucky dan kak Aslam.

Perjalanan pun dimulai. Di tengah perjalanan turun gerimis. Akan tetapi, kami tetap melanjutkan perjalanan. Meskipun melalui jalan berbatu, licin dan terjal kami tetap bersemangat. Hingga akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Begitu tiba di tempat tersebut, mata kami disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah. Sawah-sawah terhampar dikelilingi oleh gunung dan suara gemercik air menambah damai suasana. Rasa lelah itu seketika lenyap. Digantikan oleh rasa syukur yang begitu besar akan kekuasaan Tuhan telah menciptakan tempat yang seindah dan setenang ini.
Keramahan pak Kadir, petani gula aren, dalam menyambut kami melengkapkan kesenangan kami. Setelah berbincang-bincang sejenak di depan rumah pak Kadir, akhirnya kami diajak ke tempat dimana air aren diproses untuk menjadi gula. Letaknya tidak begitu jauh dari rumah pak Kadir. Setiba di tempat tersebut, kami langsung disambut oleh harumnya air aren yang sementara dimasak. Sementara menunggu gula masak, kami pun mewawancarai pak Kadir. Tapi, lebih tepatnya kak Aco yang mewawancara. Sebab, saya dan Atto tidak begitu tahu berbahas Bugis. Pak kadir pun tidak terlalu tahu berbahasa Indonesia. Alhasil, kak Aco satu-satunya yang bisa berkomunikasi dengan lancar dengan pak Kadir.

Wawancara berjalan dengan baik. Meskipun kami hanya bisa menjadi pendengar. Saya sendiri, sedikit demi sedikit mencoba untuk memahami apa yang mereka bicarakan dan menulisnya. Sedangkan Atto bertugas untuk merekamnya. Selama perbincangan, sesekali pak Kadir memperbaiki posisi kayu yang dipakai memasak agar nyala api tetap terjaga.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya aren yang dimasak pun mulai susut. Itu pertanda, sebentar lagi akan masak. Pembincangan sempat berhenti, karena pak Kadir sibuk mengurus pekerjaannya. Kami semua dengan serius memperhatikan cara kerja pak Kadir dalam mengolah gula tersebut. Beberapa saat kemudian akhirnya selesai juga pembuatan gula tersebut. Perbincangan pun berlanjut. Pak Kadir mempersilahkan kami untuk menicicipi gula yang baru dibuat tadi. Rasanya sunguh manis. Setelah itu kami pun pamit pulang.

Tentunya rute yang dilalui untuk pulang tetap sama dengan rute ketika kami pergi. Bedanya kali ini bukan pendakian, melainkan penurunan. Tetapi, tetap saja agak susah melaluinya karena jalanan masih licin. Kami tidak langsung pulang ke tempat kemah, melainkan pergi ke tempat air terjun. Tentu saja untuk mandi. Puas mandi-mandi, kami pun balik ke kemah. Setiba di tenda, makanan sudah siap. Tunggu apalagi, kami pun makan. Selanjutnya, kami istirahat sambil ngobrol-ngobrol.

Malamnya, setelah makan, seperti biasa api unggun dinyalakan. Lalu kami duduk mengelilinginya. Sekedar untuk menghangatkan badan. Namun, beberapa senior memilih untuk main domino di dalam tenda. Saya sendiri rencananya mau tidur, tapi tidak jadi karena perut tidak bisa diajak kompromi. Perut saya sakit, hingga akhirnya menyebabkan saya tidak bisa tidur. Akhirnya, saya putuskan untuk ngobrol-ngobrol dengan kakak-kakak senior. Tidak lama setelah itu, semua pun berkumpul mengelilingi api unggun. Termasuk kakak-kakak yang tadi main domino. Namun, Mymy dan Atto tidak ikut berkumpul. Karena mereka sudah tidur terlebih dahulu. Kegiatan diisi dengan main jujur berani. Permainan ini benar-benar lucu. Para personil Ekologi Camp pun tak bisa lepas dari pertanyaan-pertanyaan, yang begitu privacy sekalipun. Hahay…

Malam pun semakin larut, kak Qudra masih sempat-sempatnya masak bubur kacang ijo. Setelah masak kami pun makan sambil ngobrol-ngobrol. Tidak lama setelah itu, satu persatu diantara kami pun pergi tidur. Hingga akhirnya yang bertahan hanya saya, kak Himas,kak Ophy, kak Lucky. kak Adry, dan kak Aslam. Sisa malam kami isi dengan ngobrol-ngobrol, sambil sesekali kami menyanyi. Saat hari menjelang subuh, sekitar pukul 04.30 kami pun pergi tidur. Bukannya langsung tidur, kak Himas dan kak Ophy malah main teka-teki. Sesekali kak Aco ikut menimpali. Alhasil, saya yang mendengarnya tidak bisa tidur karena teka-tekinya lucu. Akhirnya, saya pun ikut dalam permainan teka-teki itu. Sekitar pukul 05.00, barulah kami semua tidur.

Hari terakhir. Pagi-pagi sekali saya bangun. Namun, belum ada satupun orang lain yang bangun. Akhirnya, saya putuskan untuk cuci piring dulu, baru setelah itu tidur lagi. Namun, sebelum tidur, saya lihat kak Qudra sudah bangun. Sepertinya dia akan memasak nasi. Sekitar pukul 09.30 barulah semua orang bangun. Sarapan kali ini, kami cuma makan snack dan minum teh. Setelah itu kami semua, kecuali kak Qudra pergi ke tempat air terjun. Tentunya untuk mandi. Secara ini hari terakhir, kami pun mandi sepuasnya. Abis mandi, balik ke tenda. Seperti biasa, kak Qudra sudah selesai memasak. Kami pun makan. Lalu bersih-bersih dan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang. Setelah itu kami pulang. Tentunya dengan perasaan puas dan senang.

Capek memang. Namun, saya yakin rasa lelah itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan. Rasa lelah itu, dalam dua atau tiga hari akan segera hilang. Namun, kenangan tempat ini, pengalaman yang di dapat, dan rasa kebersamaan kita akan terekam kuat dalam ingatan. Akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Belajarlah untuk mencintai alam. Maka alam pun akan mencintai kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar