Danau kembar, begitu beberapa anak pencinta alam menyebutnya. Namun jika melihat di google maps, danau ini belum memiliki nama. Lokasinya berada di antara Danau Tanralili (selatan) dan Lembah Ramma (utara). Sementara nun jauh di sisi timur ada Gunung Bawakaraeng.
Secara administrasi, danau ini berada di Desa Bonto Lerung, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulsel. Namun kami memulai trekking justru dari Desa Panaikkang, Kecamatan Pattalassang. Jalur via Desa Panaikkang jadi pilihan karena jarak tempuhnya lebih cepat dibanding jalur lain.
Suasana begitu cerah ketika kami memulai perjalanan dari Makassar, Sabtu (29/7/2017), sekitar pukul 10.00 Wita, menuju Desa Panaikkang. Ini keberuntungan sendiri bagi kami yang memang menggunakan kendaraan roda dua. Bisa dibayangkan repotnya jika hujan tetiba menyapa.
Rombongan berjumlah sembilan orang.Saya dan tiga teman lainnya, serta lima orang Mapala STIEM Bongayya.
Jangan tanya mengapa saya tidak ada di foto ini.. :D |
Mapala STIEM Bongayya |
Adapun rute yang kami lalui yakni dari Makassar ke Jalan Poros Malino. Tiba di Pasar Parigi,belok kanan (jangan terus ya, karena itu arah ke kota. hehe..). Setelah ke kanan, terus-terus ikuti jalan (akan ada dapat jembatan tanpa pagar pengaman yang dilalui) hingga tiba di pasar Majannang. Belok kiri lalu terus hingga menjumpai jembatan merah. Terus lagi sampai dapat pertigaan, ambil jalur kanan untuk ke Desa Panaikkang.
Separuh perjalanan. Singgah foto-foto dulu.. :D |
Jalan menanjak di awal perjalanan cukup menguras tenaga. Langsung terpikir bagaimana medan selanjutnya. Tapi ternyata kekhawatiran kami tidak terbukti. Jika Anda pernah ke Danau Tanralili dan Lembah Ramma, medan ke Danau Kembar cenderung lebih ringan. Cocok bagi pendaki pemula.
Namun bukan berarti tidak ada tanjakan. Ada beberapa jalan menanjak, namun selebihnya jalan mendatar dan turunan di tengah rimbunnya hutan. Bonusnya,ada banyak aliran air yang dilalui sehingga tak perlu takut kehausan. Setelah berjalan sekitar satu jam, kami kembali menjumpai jalan bercabang. Kami memilih ke kanan. Jika jalan terus maka akan tembus ke Tallung, Lembah Ramma.
Well, sekitar lima jam perjalanan, kami tiba juga di danau. Apakah memang selama itu waktu tempuhnya.? Kok lama banget ya.? Eits, jangan pesimis dulu. Waktu perjalanan kami cukup lama karena memang kami begitu menikmati alam.
Ada banyak pesona alam yang sayang untuk dilewatkan. Juga aliran air yang begitu segar seakan memanggil kami untuk singgah dan menikmati secangkir kopi hangat. Iya, perjalanan kami bukan semata tiba di Danau Kembar. Lebih dari itu, kami ingin menikmati setiap jengkal tanah yang terpijak.
Waktu tempuh normal dari Desa Panaikkang ke Danau Kembar sekitar tiga jam. Bagi warga desa lebih cepat lagi yakni hanya 1,5-2 jam saja.
Kami tiba di satu dari dua danau. Danau satunya ada di seberang, di sisi timur. Butuh beberapa menit lagi jika mau ke sana. Sejuk, tenang, dan damai, adalah tiga hal yang cukup untuk menggambarkan begitu kami tiba di danau.
Betapa tidak, hanya ada suara gemercik air, siulan burung, dan jernihnya air danau yang menyambut kami. Juga gunung-gunung melingkari seakan memeluk dan melindungi kami dari teriknya sinar matahari. Kami langsung memasang tenda guna beristirahat melepas lelah. Usai makan malam, kami pun terlelap di dinginnya malam.
Botol minum yang setia menemaniku.. :D |
It's me.. |
Menu Sarapan |
##Artikel ini juga terbit di Harian Tribun Timur edisi Rabu, 3 Agustus 2017
**Foto by Kina (kecuali foto diriku..haha)