---
Selamat ulang tahun. Ucapan ini untuk aku, kamu, dan pernikahan kita.
Sebenarnya, tulisan ucapan ini sudah sangat terlambat. Tapi secara lisan, kamu pasti ingat kapan aku mengucapkannnya.
Ya, kita lahir di bulan yang sama, September. Meski tanggalnya berbeda. Aku tanggal 7, kamu 21 hari setelahnya.
Ulang tahunku? Seperti biasa. Kurayakan dengan membeli "serbu-serbu" untuk kantor. Tidak juga wah. Hanya beberapa bungkus canai. Ya, belakangan ini, aku menyebarkan virus-virus canai di kantor..Haha..
Aku sengaja, biar ada yang satu selera denganku. Kamu tahu? Makan sendiri itu tidak menyenangkan.
Sayangnya, kamu bukan orang pertama yang memberiku ucapan selamat. Kamu lupa. Sifat yang masih belum bisa meninggalkanmu. Olehnya, hadiah yang kuminta tak muluk-muluk. Kamu hilangkan sifat pelupamu, itu sudah cukup.
Ulang tahunmu? Setidaknya aku ingat ulang tahunmu. Aku memberikan ucapan selamat di pagi hari, ketika kamu baru bangun. "Selamat ulang tahun, sayang" ucapku.
Kurasa itu cukup. Hadiahmu? Kamu tak meminta hadiah, syukurlah. Haha..
Bulan depannya, tepat 9 Oktober, kita merayakan ulang tahun pernikahan (jika mengucapkan selamat adalah bagian dari perayaan).
Pernikahan Kita, 9 Oktober 2016. Photo by Diwan |
Namun, kita berdua bukanlah orang yang suka merayakan sesuatu dengan meriah. Paling kerennya, kita merayakannya dengan makan bersama.
Ini ulang tahun pertama pernikahan kita. Sudah satu tahun saja ya.
Padahal aku belum sempat menulis tentang pertemuan kita hingga akhirnya kita menikah. Tentang itu, akan kutulis suatu saat. Insya Allah.
And then, terima kasih suami, yang sering kupanggil sayang. Kadang juga mas bro. Tak apalah ya. Mas bro itu keren loh. #syemogaa
Terima kasih. Sudah menerimaku apa adanya. Selalu sabar dengan segala tingkah dan marahku.
Aku harap kamu selalu bersabar. Karena beginilah aku.
Kamu sulit menghilangkan sifat pelupamu? begitulah susahnya aku mengubah sifatku.
Orang-orang bilang, dua sejoli yang ditakdirkan bersama itu memiliki karakter yang berseberangan. Perbedaanlah yang menyatukan mereka.
Laiknya magnet. Jika kutub berbeda bertemu akan saling tarik menarik, demikian sebaliknya.
Dan sepertinya itu benar. Contohnya kita. Aku dan kamu memiliki sifat yang bertolak belakang. 180 derajatlah pokoknya.
Kamu sangat sabar. Aku? tentu saja kebalikannya. Bukan aku ya yang bilang kamu sabar. Tapi orang-orang di sekitar. Bahkan hanya melihat fotomu saja, mereka sudah tahu kamu ini sabar. Warbiasah. Eh, tapi jangan kege-eran ding.. haha..
Nah aku? Ketahuilah. Aku ini orang paling "koro-koroang" dan moody sedunia. Moodku bisa berubah dalam hitungan detik. Emejing. Tapi ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan.
Tapi kembali lagi, Tuhan mempertemukan aku dengan kamu karena saling melengkapi dan menyeimbangkan. Bisa bayangkan jika aku bertemu dengan yang sama sifat, bisa "perang dunia" tiap hari.
Mungkin bisa dikatakan seperti ini, ketika Tuhan ingin menciptakan manusia yang sabar, lahirlah kamu. Dan untuk menyeimbangkannya, Tuhan menciptakanku. Yin dan Yang begitu.
Sekali lagi, selamat. Semoga Tuhan senantiasa melimpakan rezeki, kesehatan, serta umur panjang kepada kita berdua. Semoga kita langgeng. (kin31/10/2017)